Minggu, 27 November 2011

Sepasang Kekasih

By Pidri Esha | At 09.41 | Label : | 0 Comments
satu, dua, tiga..
kulihat mereka bercumbu mesra
memagut rindu di beranda

ahh, hati terpana dibuatnya
sepasang kucing kesayangan
kalian selalu membuat aku tertawa



"Puisi Mbeling"
diberanda, 26 November 2011
by Pidri Esha

Tajam Bola Mata Yang Menguasai Kegelapan

By Pidri Esha | At 09.02 | Label : | 0 Comments
biarkanlah pucuk-pucuk degup waktu
bergumul dengan hitam malam

biarkanlah di bawah siraman cahaya bulan
ia menjadi gagah yang menggetarkan pelataran hatimu
tajam bola mata yang menguasai kegelapan



Ambarawa, 19 November 2011
by Pidri Esha

Kau adalah Secangkir Kopi

By Pidri Esha | At 08.59 | Label : | 0 Comments
kau adalah secangkir kopi
dengan dua sendok gula
dan setangkup asa
yang selalu menemani dari fajar pagi
hingga senja tenggelam di ujung bumi



Semarang, 23 November 2011
by Pidri Esha

Bukan Puisi Hanya Goresan

By Pidri Esha | At 08.54 | Label : | 0 Comments
Malam-malam koq ada srengenge, itu ucapmu
Itukan rembulan, coba buka jendela!
Ahh, tak ada apa-apa, gelap
Berarti ini bukan puisi ya?
Bukan!
Hanya goresan alam dari setitik kuasaNYA



"Puisi Mbeling"

Ambarawa, 27 November 2011
by Pidri Esha

Membatik Rindu

By Pidri Esha | At 01.23 | Label : | 0 Comments
aku adalah lilin malam
yang mengalir lembut
di ujung canting harapku
melukis indah motif rindumu
di lembar putih batik cintaku


Ambarawa, 25 November 2011
by Pidri Esha

Kesiangan

By Pidri Esha | At 01.19 | Label : | 0 Comments
lonceng berdentang jam enam pagi
aku masih berlayar di samudera mimpi
sekian kali lonceng berdentang kembali
ternyata sudah jam sembilan pagi
secangkir kopi, dingin di sudut sepi
bangun kesiangan, sapa embun pun terlewati
ahh..

Ambarawa, 27 November 2011
by Pidri Esha

Sabtu, 19 November 2011

Percik Hujan dan Sayap Do'a

By Pidri Esha | At 08.44 | Label : | 0 Comments
tudung malam kau biarkan terbuka
percik hujan dan sayap doa
hinggap di ujung rambutmu

Ambarawa, 8 November 2011
by Pidri Esha

Hujan Rindu

By Pidri Esha | At 08.42 | Label : | 0 Comments
hujan,
pada siapa rindu kau labuhkan
saat mendung tanpa warna
senja pun terdiam di pelukan mata

Semarang, 9 November 2011
by Pidri Esha

Hujan Di Tubuh Kota

By Pidri Esha | At 08.40 | Label : | 0 Comments
pengap kabut asap
sesak tubuh kota
awan memangsa udara
panah hujan membelah jiwa

Semarang, 15 November 2011
by Pidri Esha

Pada Senja Sekian Kali

By Pidri Esha | At 08.30 | Label : | 0 Comments
Satu persatu titik bias siang
berkamuflase pijar redup cahaya malam
gerobak warung kucing, tenda-tenda kaki lima,
berlomba menyajikan aneka selera

Pada senja sekian kali
derap langkah kaki berirama
mengejar tepian hari
yang sebentar lagi tenggelam
di penghujung petang

Rebah lelah, singgasana rasa
merunduk kalimat tasbih,
lirihku berbisik


Semarang, 16 November 2011
by Pidri Esha

Menyuling Hujan Di Bulan November

By Pidri Esha | At 08.29 | Label : | 0 Comments
menyuling hujan di bulan november
bau tanah menyesap dinding hati
kepingan kemarau terbelah,
luruh tanpa warna
kedua tangan bersidekap
menggigil daging-daging fana
selimuti aku dengan kulit tasbihmu
- pintaku -


Ambarawa, 6 November 2011
by Pidri Esha



Cinta Tak Pernah Mengajak Logika

By Pidri Esha | At 08.27 | Label : | 0 Comments
hari-hari luruh
dalam bilangan angka
rumus kehidupan
membelah lajur waktu
seperti membaca gerak bibir
yang membeku

gerigi teknologi
mengiris tajam mata hati
tanpa sempat bertanya
mulut pun menganga
terkadang membuat kita terlena
serupa cinta yang tak pernah
mengajak logika

Mataram Plaza Semarang, 25 Oktober 2011
by Pidri Esha

Kubah Kehidupan

By Pidri Esha | At 08.26 | Label : | 0 Comments
Menara pualam tinggi menjulang
bulan sabit meminang bintang
bersanding menyambut fajar
atau melambaikan tangan pada sang petang

kaki-kaki yang tak pernah letih
lincah menari di altar kehidupan
onak dan duri merapal mantra
menghadang laju waktu

tak perlu kau cemaskan
hidup hanyalah sepenggal cerita
dari kisah Adam dan Hawa
yang terbuang dari surga
dunia hanyalah fatamorgana
suka duka beriring bersama
kita hanyalah tulang tanpa daya
indah bukan?

Ambarawa, 21 Oktober 2011
by Pidri Esha

Minggu, 09 Oktober 2011

Violin (Biola)

By Pidri Esha | At 06.35 | Label : | 2 Comments
Telah kupasrahkan rinduku yang lusuh
ke dalam genggamanmu, violin
Mainkanlah! Lagu toccata and fugue D minor
layaknya Vanessa Mae yang lincah, menghentak,
menyatu dalam satu birama

Di lautan hening aku terapung
sayatanmu yang merdu
menggeliat di palung hati
menggetarkan dawai-dawai nafasku

Ragaku meregang,
saat kau sentuh liar
sepasang not yang sedang berenang
lalu kudengar gemeretak
patahan dahan pohon bakau
dan jeritan ombak di muara yang resah

Telah kuteteskan asinnya cintaku
di lekukan nada indahmu, violin
Mainkanlah!


Ambarawa, 9 Oktober 2011
by Pidri Esha (Senja Hati)



Jumat, 09 September 2011

Di Rimba Penantian

By Pidri Esha | At 09.01 | Label : | 2 Comments
di rimba penantian
kutengadahkan wajah
perputaran waktu
merambat pelan
sejenak pun tak ada
aliran 'tuk berpaling
senandung rindu hanya
untukMU, Tuhan..

suatusenja, Mei 2011

Paspor, Bidadari, Mau?

By Pidri Esha | At 08.52 | Label : | 0 Comments
Akhir pekan di penghujung Juli. Sore itu langit agak mendung, matahari senja tertutup selendang bidadari yang tiba-tiba turun ke bumi. Ya, bidadari! Seperti yang sering kita dengar waktu masih kanak-kanak, berulangkali didongengkan oleh ibu atau nenek kita bahkan hampir tiap malam sebagai penghantar tidur kala mata sudah mulai lelah bersahabat dengan cahaya malam.

Apakah aku akan bercerita tentang bidadari? Hemm..mungkin ya! Lantas bidadari yang mana? Bidadari yang bertebaran di dunia maya? Atau bidadari dalam alam fikir (imajinasi)? Bidadari surgakah? Ahh, kalau yang itu siapa saja mau. Aku duluan ya..he..he..! Eit’s, tunggu dulu! Sudah punya paspor belum? Tapi jangan paspor hijau ya, nanti kita tidak bisa lihat unta *bisik-bisik* :P

Paspor? Kalau kita mau keluar negeri pasti deh butuh paspor, iya nggak! Belum pernah ke luar negeri ya? Sama dong..hehe..! Tadi katanya mau membahas tentang bidadari, lha koq malah lari ke paspor? Jangan-jangan ada kaitannya. Au, ahh elap..:P Becanda lagi kan, serius dikit napa? Iya deh!

Bidadari surga seperti dijelaskan dalam Alqur’an bahwa mereka ada khusus untuk melayani penghuni surga. Dan aku yakin kalian lebih faham dan mengerti daripada aku seorang penyair “mbelink”

Paspor adalah catatan segala perbuatan kita, baik dan buruk selama kita hidup di dunia, terserah kalian mau pilih paspor illegal atau paspor legal. Kalau kepingin ketemu bidadari, ya pilih paspor legal.

Apakah aku akan membicarakan tentang paspor kalian semua. Oh, tidak! Justru aku ingin menunjukkan pasporku yang masih illegal. Betapa banyak kesalahan baik ucapan, perbuatan, perkataan yang disengaja maupun tidak yang selama ini telah kulakukan pada kalian, sahabat-sahabat semua.

Oleh karena itu dengan kerendahan hati kuhaturkan ribuan ma’af kepada kalian semua atas khilaf dan salahku. Semoga Ramadhan tahun ini menjadikan kita manusia yang lebih bijak dalam berucap dan bersikap. Ikhlas hati cerminan diri.

Salam takzim..:)
Salam dari hati “penyair mbelink”

AIIHH...!!!

By Pidri Esha | At 08.49 | Label : | 0 Comments
Di keremangan petang di sebuah coffee cafe, aku dan teman-teman nongkrong seperti biasa, menghabiskan sisa senja sebelum pulang ke rumah masing-masing. Bercanda, ngobrol ngalor ngidul sembari menikmati secangkir kopi panas dan beberapa panganan kecil, tak lupa sebatang rokok terselip di bibir yang asapnya berputar mengikuti arah angin yang dihembuskan kipas angin yang terletak di langit-langit ruangan.

Masih di tempat yang sama, kira-kira berjarak tiga meja dari tempak kami. Duduk seorang laki-laki pada sebuah sofa yang terletak di sudut cafe. Dengan potongan tubuh yang atletis, wajah yang bersih seperti habis di amplas. Baju yang dikenakan dari merk terkenal, serta celana denim yang entah merknya apa, sepertinya merek luar negeri juga dan sepatu hitam mengkilat.

Laki-laki itu terus menatapku dengan pandangan mata yang sangat tajam tanpa berkedip.
“Ben, liat tuh laki-laki yang disana dari tadi ngeliatin kamu terus”, ujar Aditya temanku.
“Iya, kayaknya cari perkara”, jawabku menghembuskan asap rokok.

Untuk mengurangi emosi yang mulai naik karena tatapan laki-laki itu, aku menyeruput kopi yang terletak di meja sembari melirik ke arah sofa.
Tiba-tiba, laki-laki itu bangkit dari tempat duduknya, lantas berjalan ke meja kami, tepatnya ke arahku. “Wah, benar-benar cari perkara nih”, gumamku. Kulihat temen-temen sudah pada siap menjaga kemungkinan yang akan terjadi.
Tepat dihadapanku, laki-laki itu menunduk, lalu ia berkata, “Hai cowok, duhh manisnya, boleh kenalan nggak?”, pintanya dengan suara lembut dan gerak tubuh yang lemah gemulai.
Aku langsung tersedak bahkan gelas yang ditanganku mencelat langsung masuk tenggorokan lalu pingsan.

Aiiiih,..:D


suatusenja, 9 Juli 2011

Oscar dan Blackberry

By Pidri Esha | At 08.46 | Label : | 0 Comments
Di teras sebuah rumah yang asri, Abang dan Neng asyik menikmati suasana senja yang hangat, beberapa potong kue kecil dan secangkir teh manis menemani. Semilir angin, gemericik dedaunan bambu kuning, menari, melambai, menciptakan musik alam yang syahdu. Seekor tokek mirip Oscar, itu lho! Kartun anak-anak yang sering diputar di salah satu stasiun teve swasta, mantan teve yang katanya teve “Pendidikan Nasional”, ternyata ahh..sudahlah..!. Ia menjulurkan lidahnya, weeekkkk…, melihat kemesraan Abang dan Neng.

“Busyeeet, bikin iri tetangga aja”, batin Oscar sembari matanya menatap tajam seekor lalat yang terus menggoda seleranya.

“Bang!” Ujar Neng memecah keheningan.

“Iya! Ada apa?” Abang balik bertanya, melirik ke arah Neng yang bergelayut manja di pundaknya.

“Mmmm, Neng minta sesuatu boleh nggak?”

“Boleh! Abang akan melakukan apa saja demi Neng”. Sembari tanganya mencolek pipi Neng.

“Gini Bang! Punya Neng kan dah sering error nih. Neng minta beli’in blackberry. Bolehkan Bang?”, rajuk Neng harap-harap cemas.

Abang tersenyum, “Iya Neng!”

“Makasih Abang!” Seraya mendaratkan ciuman di pipi Abang.

O’oo,…ckckc…! Si Oscar tokek geleng-geleng kepala mendengar permintaan si Neng.

“Huh, mulai deh’, gerutu Si Oscar menikmati buruan yang berhasil ditangkap. (Nih Oscar koq repot amat ya, ngurusin orang..hehe..)

Keesokan hari dengan hati riang Abang memenuhi permintaan Neng tersayang. Saat magrib Abang tiba di rumah, langsung menuju kamar tanpa sempat melepas sepatu.

“Neeennggg..! Udah Abang beli’in nih”

“Mana Bang?” Tanya Neng dengan hati berbunga-bunga.

“Eitss, sebentar! Neng tutup mata dulu ya”. Ujar si abang seraya mengeluarkan sapu tangan dari saku. Dengan sigap Abang pun menutup mata Neng. Setelah itu Abang mengeluarkan sesuatu dari tas kreseknya lalu kemudian ia letakkan di atas meja. Ia tuntun tangan Neng ke arah meja lalu perlahan ia membuka sapu tangan yang menutupi pandangan Neng.

Jreeenggg…!

“Lho..! Mana Bang blackberrynya?” Tanya Neng dengan kening berkerut.

“Itu, di atas meja”. Menunjuk ke arah blackberry.

“Ya, elaaahhh, itu kan buah Bang, buah blackberry kayak blueberry, strawberry, atau apalah. Neng kan minta hape Baang, haaapeeee blackberry” teriak Neng dongkol hingga mengagetkan Si Oscar yang sedang tidur nyenyak di pojok langit-langit kamar.

“Neng..! Emangnya kamu bilang hape? Nggak kan?” Tanya Abang tak kalah sengit melihat Neng buru-buru masuk kamar.

Braaakkk…!

”Mulai malam ini Abang tidur di ruang tamu”, teriak Neng dari dalam kamar.

“Tapi Neng, hadoohh..!”

”Bodo..!” Buka pintu sambil melempar selimut ke wajah Abang.

“Mampus gue..!” dengus Abang.

Si Oscar menggoyangkan ekornya seraya melihat ke atas, lalu bergumam,.. ckckc..!!



Ungaran, 13082011

Menjelma Tanpa Ada

By Pidri Esha | At 08.39 | Label : | 0 Comments
serpihan debu akal padat kekas
roda hitam matahari berputar
pada porosnya yang mulai aus
lagak pesona mengayuh bahtera
mengokang senjata tanpa makna
peluru tajam mengoyak jiwa

kedua belah tangan bak keranjang sampah
menadah bulir air mata berharap jadi permata
dari sayatan luka bernanah

memerdekakan diri dari beras tanak nasi
terjulur di ujung mata kaki
membeku di cawan ketakberdayaan
merepih di lipatan hari
lalu menjelma dalam hati tanpa ada


Trotoar Ungaran, 3092011

Rembulan di Sisik Danau

By Pidri Esha | At 08.38 | Label : | 0 Comments
gambang suling larut dalam musik tak bertuan
kleneng genta tergerus derap teknologi
carut marut jiwa terabai angan
menyesap di sudut-sudut sepi

aku menemukan muka yang pias pada bulan
aku menemukan rindu yang samar pada matahari
menunggu cinta pada sungai dan riak danau

rembulan pun makin menggigil
seperti menuju kematian
kerling bening bola matanya
berselimut gerimis pekat
hatinya mengucur hujan deras
yang begitu lebat

rembulan di sisik danau
lukisan pilu di ujung tanya


Ungaran, 23082011



Tiang Bendera

By Pidri Esha | At 08.34 | Label : | 0 Comments
Timur barat utara selatan
delapan penjuru angin
tak satu lidahpun
tak setetes air liurpun
yang berteriak lantang,
"Ini tiang bendera"


Hei, aku ingin bertanya?
mampukah bendera berkibar
tanpa "tiangnya"?
tiang? Iya, tiang!

Taukah kau?
"tiang bendera" kita berasal
dari tulang belulang
yang direkat campuran
keringat, darah dan air mata
jagalah ia!
seperti kau menjaga
bambu runcing ibu pertiwi


Palagan Ambarawa, 17082011

Air tajin, Whisky dan Sop Babi

By Pidri Esha | At 08.33 | Label : | 0 Comments
bunyi kendang tak lagi rancak

iramanya memecahkan gendang telinga

para penabuh tak hiraukan nada

sibuk dengan partitur mereka sendiri

musik tak lagi merasuk jiwa

terhempas oleh kerakusan fana



mereka merasa lebih pintar

dari pada sang dirigen

tongkat simphony pun tak lagi bermakna

nyanyian nusantara sumbang sudah

membuat hati anak negeri terbelah



kemarilah!

biarkan sang penyair membuat sop babi

tuk disuguhkan kepada pendongeng anak negeri

agar mereka merasakan geliat cacing pita mencengkeram

usus-usus bertabur berlian dari kristalisasi keringat anak negeri



Ah, air tajin pun berubah menjadi whisky

aku ingin mabuk lagi!



Ungaran, 25072011



Kursi Mabuk Whisky

By Pidri Esha | At 08.32 | Label : | 0 Comments
Hei kau, kemarilah!
tahukah kau? aku tidak mengerti
terhadap apa yang mesti aku ketahui
aku semakin tidak mengerti
kenapa aku harus mengerti?

Oh, tidak!
kenapa kau mengangguk
bukan itu yang kuinginkan
aku 'tak butuh kau mengiyakan

bukankah kau punya hati?
bahkan mungkin jiwamu pun
manunggaling dengan kehidupan
yang telah kau jalani

kenapa kau membisu?
coba katakan,
"hei, orang yang sukanya manggut-manggut,
bukankah kalian punya mulut?
bicaralah!

aku semakin tidak mengerti
saat jutaan otak sibuk
mencari cangkangnya sendiri

ah, kur(politi)si pun mabuk whisky

Ambarawa, 07082011

Kopi, Puisi dan Sebutir Peluru

By Pidri Esha | At 08.30 | Label : | 0 Comments
Secangkir kopi tersaji, aromanya memenuhi ruangan
laki-laki itu terkejut ketika melihat secarik kertas mengapung
terbata ia membaca pesan di kertas yang berlumur kopi itu

”Masih adakah sisa candu tubuhku di kepalamu?”
laki-laki itu merasakan kepalanya dingin

Bergaya mafioso Itali, tiba-tiba seorang wanita muda menghampiri,
lalu menempelkan moncong pistol tepat di kening sebelah kirinya

”Dooorrr..!” Suara pistol menyalak entah punya siapa

Seringai serigala menghiasi wajah laki-laki itu
melihat wanita muda itu terkapar,
ia tersenyum mengejek seraya berucap,

”O voi perdere la mia donna!”

Laki-laki itu pun beranjak dengan asap mengepul
di balik jaketnya yang berlubang


Ungaran, 28072011

Puisi Yang Tertunda

By Pidri Esha | At 08.26 | Label : | 0 Comments
kembali kau melipat malam

berlenggang menuju taman impian

menutup jendela angan

dalam selimut peraduan

tapi bukan untuk membedah

puisi yang tertunda

sebab kau sudah menyuling

di seluruh nadiku,

-jadi arakku-


ungaran, 5082011


Kamis, 04 Agustus 2011

Ungkapan Hati Para Ahli Tentang Puisi Traktat Cinta Dan Dosa Dalam Dendam karya 25 Penyair Muda Nusantara

By Pidri Esha | At 09.57 | Label : | 3 Comments
Wujud Tuhan dan Cinta dalam Diri Penyair
Oleh Arafat Nur, seorang penulis novel Lampuki, yang memenangkan sayembara novel Dewan Kesenian Jakarta (DKI), sebuah sayembara sastra paling bergengsi tingkat nasional

Puisi-puisi dalam antologi ini, para penyair tidak hendak menunjukkan diri dengan kepura-puraan. Ada kesan dengan pengakuan yang dimaksud untuk menimbulkan ketenangan, dan mengharapkan Tuhan (Allah SWT) memakluminya. Sebab puisi adalah bahasa jiwa penyairnya bukan orang lain.

Misalkan puisi “Menuju Aku” (Si Mene Ketehe/Ali Muksin), menunjukkan gejolak jiwa yang sulit diraba, bentuk pengakuan jujur dari sebuah damba yang absurd. Sebagaimana rintihan kerinduan dalam “Meraba Hatimu” (Abdul Malik). Ternyata bentuk perasaan dan cinta pada Tuhan pun tidak saja pada hamba-hamba yang taat, di dalam diri seorang pemabuk sekalipun memiliki perasaan itu. Di sini terjadi kontradiksi yang dipicu oleh kekecewaan dan putus asa dalam puisi mbelink “Sebotol Whisky Demi Jati Diri” (Senja Hati/Pidrian Syaikhal). Perihal semacam itu juga sedikit sama dalam puisi “Aku Kalah” (Merangkai Bintik Pelangi/Desmayenti), “Pupus” (Ratna Mangali/Ika Sriyati), “Airmata Penyesalan”(Lintang Panjer Sore/Irna Kholiyannawati), dan “Haji Kabur” (Dedy Sableng/Dedy Setiawan).

Rintihan cinta, gundah, rindu, kecewa dan putus asa, mengambang akibat luka, dalam puisi “Sephia” (Senja Saga Yang Terpasung/Nunuk Hariyati), “Persimpangan” (Thia SjahruddinMediana Ariethia), “Rindu”(Ninkz Zknin Eno/Nining Sujanawati), “Pembelajaran Alam”(Mega Ungu/Siti Fauziah binti Haji Idris), “Derita Hati” (Jhon Demit Kuburan/Untung Surono), “Kembalikan Agar Aku Tenang” (Jheje PurnomoYulyanto Purnomo), “Cintaku Asa Tak Bernyawa” (Cenil Kepuh/Sarni Kaswanto), “Pengkhianat”(Dinda Clyte/Shelby Adrianne), “Sejak Kutikam Hatimu”(Buana Kembara Senja/Bambang Irawan), “Dengarkan Rindu (Sindy Arlum/Sindy Maulidina Rohmah), dan “Untukmu” (Aan Berdarah/Rahmat Ansyarif).

Kekuatan-kekuatan cinta bukan lahiriah coba dilukiskan dalam “Gubuk Derita” (Sketsa Oase SenjaMurni Turmiati). Seakan-akan keberadaan lahiriah bukanlah halangan berat untuk pennyatuan dua cinta berbeda.

Meskipun jarang, tema politik juga terdapat dalam puisi buku bunga rampai ini, seperti dalam puisi “Hilang Nada” (Z33/Hersi Suwarto) dan “Darah! Iya Darah!” (Delbin Clyte/Ady Agusta Perdana).

Puisi-puisi dalam kumpulan ini umumnya masih mencari bentuk, beberapa malah masih sangat muda dan sederhana, sebagaimana puisi pragmatis. Saya melihat ini merupakan titk awal bagi penyair-penyair untuk beranjak lebih jauh dengan semangat yang beragam.


Dengan Imaji Meneropong Masa
Oleh Musfeptial, S.S., M.Hum. Peneliti Bidang Bahasa dan Sastra Balai Pustaka Provinsi Kalimantan Barat.

Puisi sebagai genre sastra diciptakan oleh pengarang dengan gaya imajinasi dan khayalan tingkat tinggi. Dengan imajinasi dan khayalan yang melanglang buana, pengarang mampu mengungkapkan apa yang dilihat dan dirasakan dari fenomena kehidupan masyarakat. Bahkan, tak jarang pengarang dengan imajinasi dan daya khayalnya mampu meneropong masa (waktu) yang jauh dengan dirinya, seperti masa lalu yang sesungguhnya ia tak pernah melalui masa tersebut.

Kejelian dan kecermatan seperti diuraikan di atas juga terlihat pada kumpulan puisi ini. Kumpulan puisi yang awalnya hanya curhat penyair lewat media facebook ini juga berbicara tentang fenomena social masyarakat. Kehadiran puisi ini harus diberi apresiasi, setidaknya ada dua alasan mendasar, yaitu pertama karena hadirnya kumpulan puisi ini dapat menambah seranai puisi Nusantara. Kedua, kumpulan puisi ini lahir karena kejelian para penyair memanfaatkan teknologi sebagai sarana informasi dan sarana promosi karya mereka.


Dari Keharuan ke Pernyataan
Oleh Zen Hae seorang penyair, penulis cerpen dan kritik sastra. Anggota Dewan Kesenian Jakarta (2006 -2012).

“Saya melihat puisi-puisi dalam bunga rampai ini bermula dari keharuan dan berakhir dengan pernyataan. Bahwa dengan menulis puisi kita bukan hanya bisa bahagia, tetapi juga bisa membidik identitas atau profesi tertentu. Dengan puisi kita merayakan kemanusian kita, luka dan sakit yang selama ini tersembunyi, di samping keharuan yang terus-menerus membetot kita ke jalan puisi. Jalan yang tidak lagi sunyi, tetapi mulai ramai dan menyenangkan.”



=============================================

Suatu Keniscayaan
Oleh Pidri Syaikhal (Penyair Mbelink)

Puisi dalam kumpulan ini merupakan perwujudan dari keniscayaan yang “mungkin” sangat sulit terwujud, berbagai macam kendala, hambatan, rintangan bahkan waktunyapun molor dari yang telah ditentukan sebelumnya. Ini adalah hasil dari perjuangan kami (25 penyair muda nusantara) sesama penggemar dunia maya, media facebook. Disini kita bisa mengambil manfaat dari suatu teknologi, bahwa tak selamanya teknologi itu berakibat negative, pandai-pandailah kita mengambil kesempatan dan memanfaatkan segala apa yang tersaji asal itu bertujuan baik. Di zaman era globalisasi ini tidak ada yang tidak mungkin untuk diwujudkan tapi tidak hanya asal tanpa perhitungan matang itu sama saja dengan bunuh diri. Semoga kehadiran puisi-puisi dalam buku ini memberi manfaat walaupun sangat, sangat sederhana dan bahasanyapun masih mudah dimengerti setidaknya bisa menjadi penyemangat untuk lebih maju. Ingat pepatah “Tuliskanlah namamu di jendela dunia sebelum tertulis di batu nisan”. Dan buku inipun jauh dari sempurna masih acak-acakan, bukannya kami mau menyombongkan diri, tidak sama sekali, ini hanya sekedar celoteh tanpa arti.



Salam Takzimku “Penyair Mbelink”

Minggu, 03 Juli 2011

Jika Kelak Aku Berpulang

By Pidri Esha | At 07.51 | Label : | 0 Comments
Jika Kelak Aku Berpulang (Catatan Terakhir)
oleh Diandra Kayla Zahrani pada 28 Juni 2011 jam 14:36

Belum genap kebersamaanku bersama kalian orang-orang baru yang hebat. Belum sempurna kebahagiaanku bisa mengenal kalian.
Saat ini, aku dihadapkan pada satu takdir. Atas kuasaNya. Entah kapan masa itu akan tiba.

Suatu proses untuk menuju perpanjangan waktu agar aku masih bisa bersuka ria bersama orang-orang baru, ternyata tak semudah yang aku kira. Terlalu banyak proses yang harus aku lalui yang menurutku sungguh sangat berlebihan. Tapi aku ikhlas. Aku jalani demi sebuah ingin. Tak perduli, walau dengan itu aku harus mati suri sejenak. Kemudian terbangun dan untuk kembali mati suri.
Sakit, tak kurasa lagi. Mungkin hingga tiba aku mati rasa.

Saat ini, sebelum aku benar-benar mati rasa, ada satu dua patahku untuk kalian yang aku ingin menjadi sesuatu yang kalian kenang. Sampai kapanpun kalian mau.

Kak Brian; hari-hari kita selalu diwarnai dengan cela yang lagi-lagi menciptakan gelak. Kangen kamu kak.. .

Kak Nita; seorang kakak yang selalu memberikan keceriaan walau dalam kegalauan. Dengan tampang jutek, tapi ternyata hatimu tidak. Meski kita hanya bertemu sesaat, tapi aku tau, kakak seorang yang kuat.
Tetap konsisten dengan kegalauan yah kak.. . *kangen pelukan kakak

Yani; ah kamu selalu mampu aku rindukan dengan celotehmu yang khas. Saat ini kita berada di bawah langit yang sama. Semoga ada temu untuk kita yah! *bighugkisskiss

Nurul; aku pernah menelantarkanmu di suatu tempat tanpa sengaja. Semua itu gara-gara batre hp.ku sekarat, hingga kita gagal bertemu. Maafkan untuk itu yah! Eniwey, kamu teman yang menyenangkan. Seperti juga kamu, aku bisa tertawa lepas tanpa beban bersama teman-teman mayaku, yang notabene belum pernah ada temu antara kita. Tetap semangat menjadikan harimu lebih indah yah! Aku menitipkan "dia" kepadamu. Tentu saja kamu tahu siapa yang aku maksud.

Kak Agung; aku berharap masih bisa berbagi dengan kakak.. .maafkan selalu mengganggu harimu kak.. . :)

Kak Mour; meski (mungkin) kita kurang dekat, tapi aku bisa merasakan aura kekonyolan dari dirimu kak.. .semoga semakin kaya akan kata yang dipungut yah :)

Kak Senja; kita tak terlalu banyak bercakap, tapi aku menyukai tulisan-tulisan kakak.. .masi ditunggu kiriman es krimnya yah kak.. .sungguh aku ingin itu.. .

Kak Abdi; ah senang berkenalan dengan kakak yang satu ini.. .kapan mau traktir aku bajigur sama bandrek kak?

Kak emma; tularkan ceriamu padaku kak.. .aku ingin selalu tertawa lepas seperti kakak.. .

Teh Neng; nggak banyak yang aku tahu tentang teteh.. .cuma bisa merasakan kelembutan seorang ibu yang sudah bertahun-tahun tak aku rasakan.. .terima kasih teteh.. .

Kak eka; selalu suka dengan tulisan kakak yang lain daripada yang lain. Tegas, lugas dan kadang slenge'an. Makannya apa si kak (?)

Kak Angel; belum juga kita ketemu kak.. .nanti sekembalinya aku, kita rencanakan ketemu yah kak.. .aku akan ajari kakak nongkrong asik di mall atau cafe. Anomali tempat yang asik kak.. .mau yah! ;)

Kak Pidri; lain waktu ajari aku romantic mbelink yah kak.. .


Aku tak bisa mengingat sesiapa lagi, yang aku tahu semua teman-teman baruku HEBAT!
Tak ingin sekedar teman ataupun sahabat. Aku inginkan persaudaraan.
Terima kasih untuk semuanya.. .
Aku mohon maaf bila pernah menyinggung kalian.. .
Malam ini aku akan melakukannya.. .
mohon do'a dari semua sahabat untuk kelancarannya..

=================
Innalillahi Wainnailaihirojiun..
Telah berpulang ke Rahmatullah, salah satu sahabat kita, Diandra Kayla Zahrani, 23th, pada pukul 20.15 waktu setempat. Kepada para sahabat, mohon dimaafkan segala khilaf dan salah Almarhumah, baik yang disengaja ataupun tidak disengaja.

******
MENUJU JALANNYA

Celotehmu tak terdengar lagi
hanya desau angin sepi
meski tak pernah bertatap muka
kau tebar rasa persahabatan yang dalam
kepada setiap orang yang baru kau kenal

kini kau tlah pergi
menapak jejak pada dinding waktu
begitu cepat masa berlalu
meninggalkan segala kenangan
yang terukir indah di kanvas hati
para sahabat dan sanak saudaramu

sahabat sejati,
kau tak pernah menyerah
walau deritamu begitu parah

menuju jalanNYA kau kini
kepergianmu ihklas kami
taman abadi tlah menanti
harum bunga semerbak surgawi
keharibaan Illahi Robbi
engkau kembali

Selamat jalan sahabat, adik,
Kayla Diandra Zahrani
semoga engkau tenang disisiNya
Amien..

suatumasa, 29 juni 2011
by Pidri Syaikhal

Sabtu, 01 Januari 2011

Mata Kaca Bening

By Pidri Esha | At 20.47 | Label : | 0 Comments
Mata adalah kaca bening
tentang keresahan jiwa
tentang kelelahan jiwa
Kulihat kau terdiam
membisu tanpa kata
tapi matamu seolah
bercerita tentang semuanya

Mata adalah kaca bening
tentang suasana jiwa
kulihat kau termangu
merenung dalam gelap
menganyam kenangan demi kenangan
yang terpencar, terberai
matamu meredup
memandang sayup entah kemana

Mata adalah kaca bening
tentang suasana jiwa
yang tak pandai berdusta
kulihat kau terpaku
tapi aku tahu
hatimu sedang berseru
memanggil-manggil
melambai-lambai
berharap yang bakal datang
atau ziarah ke makam cinta yang hilang

pagi hari, Oktober 2010
by Senja kaki bukit
◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Ad

business

technology

Copyright © 2012. Celoteh Kopi - All Rights Reserved B-Seo Versi 4 by Blog Bamz