Senin, 01 Oktober 2012

Terima Kasih Pak, PAJEROnya

By Pidri Esha | At 09.49 | Label : | 2 Comments
Kulirik jam yang melingkar di tangan 9.30 wib, janji dengan klien, seorang pimpinan di sebuah lembaga. Wah bisa telat nih, pikirku. Dengan kecepatan tinggil, kularikan kendaraan ke arah timur. Uupss, macet, suara lengkingan klakson dan asap kendaraan beterbangan membentuk lingkaran meliuk membuat para pengendara terbatuk dan menggerutu dengan bahasa masing-masing, mungkin bagi sebagian orang hal tersebut sesuatu yang menjengkelkan tapi bagiku itu sebuah sonata yang indah, ya kebisingan dan kemacetan di jalan raya puluhan bahkan mungkin ratusan kendaraan berjejal memenuhi badan jalan yang tidak seberapa lebar. Mataku menatap lurus pada lajur kendaraan yang serupa ular memanjang dan aku seperti sisik di sebelah dalam terasa pengap dan berat.Bulir peluh perlahan menetes menahan rasa panas yang menyengat.

Tepat jam 10, tiba di lokasi. Senyum security membuat pikiran agak tenang. Setelah basa-basi, aku menuju ruangan beliau (pimpinan lembaga). Ketukan halus pada daun pintu. Terdengar suara sepatu beradu dengan lantai menuju ke arahku. Sreett, dan pintu terbuka, sesosok PENDEKAR (Pendek Kekar) tersenyum.
"Oohh, Mas yang tadi nelpon ya. Ma'af mas, saya lagi ada jadual sampai jam 12. Gimana, mau nunggu atau besok kesini lagi?" Ujarnya tanpa jeda.

Aku terdiam sejenak, "Saya tunggu saja pak", jawabku tersenyum lega.

Setelah itu beliau mempersilahkan aku duduk. Hemm, ruangan yang lumayan sejuk. Dindingnya berhiaskan beberapa lukisan yang menarik perhatianku dan satu pot palem di sudut ruangan ikut meramaikan ruangan tersebut. Selera tinggi terlihat dari lukisan yang terpampang begitu artistik. Selama menunggu, apa yang aku lakukan? Fikiranku mulai fokus menyusun kalimat-kalimat yang akan kusampaikan kepada beliau. Tak lama kemudian hape berdering, terdengar nada panggil, KITARO, musik kesukaanku. Sekilas kulirik layar hape, partner, apalagi nih pikirku. Ternyata cuma mau nanyain, "Dimana? Posisi?". Weleeehh..ckckck..

Akhirnya setelah dua jam aku menunggu dengan perasaan gelisah, beliau masuk ke ruangan. Sembari tersenyum, lagi-lagi ia berucap, "Ma'af mas, ngerepotin, menunggu saya". Aku tersenyum, duuh, nih bapak baik amat ya. Jarang-jarang lho ada pimpinan seperti itu, heuheu..

Tidak seperti dugaanku, ternyata beliau sangat familiar, dan terjalinlah percakapan yang hangat, ngobrol ngalor ngidul, lalu kuutarakan tujuan kenapa aku menemui beliau. Jawabannya sangat menyenangkan, beliaupun langsung memanggil para wakilnya minta pendapat. Ternyata setali tiga uang, klop daahh..

Jam 01.00 wib tak terasa waktu berjalan, kemudian aku pamit, tak lupa berjabat tangan. Sembari berjalan menuju parkiran, aku sempatkan bertanya,
"Pak, boleh nanya!"
"Silahkan, silahkan mas, mau nanya apa"
"Ma'af pak sebelumnya, tadi saya mengamati bapak sepertinya ada sesuatu yang bapak kuasai?"
"Maksudnya mas?"
"Aura bapak lain dari yang lain, dibanding dengan wakil-wakil bapak tadi"
"Ooo itu, biasa aja koq mas. Yang penting PAJERO aja" ujar beliau terbahak-bahak tanpa mengurangi kharismanya.
"Pajero"?
"Iya, Panas jobo jero"

Akupun ikut tertawa, ada-ada saja bapak nih, pikirku. Lalu aku ucapkan terima kasih. Diiringi senyum khas beliau. Kulangkahkan kaki menuju parkiran. Belum sempat aku menyalakan kendaraan, tiba-tiba ada sms masuk. Ternyata dari beliau, isi smsnya, "Mas, PAJERO itu adalah Pikiran Apik Jembar Omahe" (Pikiran baik jiwapun lapang). Jangan pernah berfikir negatif terhadap sesuatu maka jiwamu akan lapang dan Insya Allah baik rumah dunia maupun rumah akherat juga akan lapang/luas"

Aku termenung sesaat, kulirik ke arah jendela ruangan beliau. Lalu aku berucap lirih, "Terima kasih banyak pak"
Pelajaran yang kupetik hari itu sangat-sangat berharga, padahal baru kenal dan baru pertama kali bertatap muka. Ya, kita manusia terkadang tak menyadari bahwa pikiran negatif akan mempengaruhi jiwa, imbasnya bisa kemana-mana.

Semarang, 3 Agustus 2012
*hanya sekedar catatan ringan*

Ketika Sang Peramu Kata-Kata Bunuh Diri

By Pidri Esha | At 09.47 | Label : | 0 Comments
Lincah jemari sang peramu
menari di atas lembar waktu
huruf demi huruf terangkai indah
ornamen-ornamen pun ditatah
memantulkan cahaya
serupa goresan kaligrafi
terpampang megah
di tembok perkasa
ribuan dengung pemuja
berdecak kagum, terpesona
hingga membuta mata

Setitik nila jatuh
menderai rangkaian kata
membelah, menebar aroma bunga rafflesia

Lalu sang peramu sibuk menata
membangun imun tubuh
tapi ia tak sadar, racun telah menyebar,
mengakar di pondasi kedigdayaan

Akhirnya sang peramu bunuh diri
dengan meminum ramuan kata-kata
yang ia seduh di cangkir para pemuja

Ungaran, 5 April 2012

Di Ujung Gemas

By Pidri Esha | At 09.24 | Label : | 0 Comments
Benih kata tersemai
di ladang waktu, bertunas,
merekah di ujung gemas.
; kamu

07/09/2012 
By Pidri Esha

Sajak Bunga Ranjang

By Pidri Esha | At 09.18 | Label : | 0 Comments
Serupa tikus mengendus  
di kolong cakrawala
mengerat remah-remah kata
menenggak tirta perselingkuhan
yang menetes dari rahim malam

Lalu berbaring,
bantal bulu angsa
selimut bulu domba
menatap pendar cahaya bintang
menembus kisi-kisi tulang iga
membentuk tatanan semesta
yang kelak lahir berwajah rama atau rahwana

Sajak bunga ranjang merekah
di tangkai keniscayaan
; kita

18/09/2012
By Pidri Esha

PUKUL 21.50 MALAM

By Pidri Esha | At 09.15 | Label : | 0 Comments
Lalu ia menyepi
dengan secangkir kopi
yang hampir basi.

23/09/2012

Sudut Kota - Pajeksan Malioboro

By Pidri Esha | At 09.05 | Label : | 0 Comments
kelupas kulit kacang meremah di mulut yang berbusa
kepul asap rokok bergulung mengalahkan,
kabut asap pabrik pengolahan gula madukismo
lalu mereka berceloteh tentang,
pelacur-pelacur pojok stasiun yang bahenol
anak-anak muda harapan bangsa yang terlindas roda-roda besi
karena berebut mimpi di siang hari,
para pemimpi sibuk menafsir berapa nomor togel yang akan keluar,
mahasiswa yang ditagih ibu kost karena belum bayar uang sewa,
penyair jalanan yang dekil, kumal, melebihi gelandangan kota
sandal jepit yang talinya hampir putus sembari
menenteng pena dan kertas berharap ada penerbit melirik karyanya,
tentang dosen yang cantik, gemulai, lirikan tajam,
merontokkan daun-daun akasia

aku hanya bisa terdiam mendengar celoteh mereka
strawberry sunrise melumpuhkan syaraf penindaiku.

Pajeksan, Pojok Malioboro, 1998
By Pidri Esha

Minggu, 01 Juli 2012

TANGKAI SIRIH DAN PINANG

By Pidri Esha | At 08.07 | Label : | 2 Comments

percakapan pun terhidang,
mengupas silsilah berserat kemesraan,
tapi anganku kembali terlunta,
mengembara di mega
dan kabut polusi kehidupan
sambil meramu kata yang kupetik
di tangkai sirih, pinang merah tua

Ambarawa, 19 Juni 2012

PEREMPUAN DAN BUNGA CRYSANT

By Pidri Esha | At 08.04 | Label : | 0 Comments

perempuan-perempuan berselendang
dengan sepuluh jemari tangan
menjunjung sekerenjang kembang
celoteh para penawar
berbaur lantunan suara penggorengan
satu dua wajah sumringah
menderas pendapatan ke dalam lipatan
menu pun tersaji di meja perkhidmatan
secangkir teh hangat, nasi gablok bertilam daun pisang
lalu matahari melahap pagi
diiringi exoticnya tarian bunga crysant

Bandungan, 17 Juni 2012

PADA SUATU YOGYA

By Pidri Esha | At 08.03 | Label : | 0 Comments

di pertigaan itu kita bertemu
setelah lelah melukis langkah
pada kegamangan hari-hari gundah
pada rontoknya daun-daun musim entah
pada gelinjang debu memerih bola mata
pada roda yang mencumbui rel kereta

di pertigaan itu kita mengunyah
segala aneka celoteh yang terlontar
dari bibir seksi lembut menawan
sampai bibir yang hitam terkelupas beban

di pertigaan itu kita berpisah
setelah menoreh kata
pada tepian cangkir basah
; Yogya

Yogyakarta, 18 April 2012

ANTOLOGI SAHABAT MAYA

By Pidri Esha | At 07.40 | Label : | 0 Comments
Antologi 31 Penyair SAHABAT MAYA
Penyair ; Larung Biru, dkk.
Editor : Pidri Esha
Penerbit ; TUAS MEDIA, Banjarmasin 2012
ISBN ; 976-602-7514-09-6
Tebal ; 160 Hal
Cetakan I

“Puisi telah menempuh perjalanan ke hati setiap insane. Melaluinya manusia terus mencipta makna dirinya, yang pada akhirnya menjadi tradisi yang merawat visi hidupnya. Itulah pesan penting dari puisi-puisi dalam antologi ini.”
(Faisal Kamandobat, Sastrawan)

Selasa, 12 Juni 2012

BULAN DI PUCUK CEMARA

By Pidri Esha | At 08.39 | Label : | 0 Comments
ini sudah bulan ke berapa tanyamu
sudah berbulan-bulan kataku
selama itu pula kita menyulam wajah
di embun pagi, di sengatan bara api,
bahkan di ladang langit

anginpun bernafas
membelah lipatan awan
dan kita telanjang, berlari, menari,
di patahan rinai hujan
bukan untuk menantang badai
tapi menandai bulan
yang luruh di pucuk cemara

Ambarawa, 29 Mei 2012


Antologi Puisi CARTA FARFALLA "Jejak Pelangi Aksara"

By Pidri Esha | At 08.26 | Label : | 2 Comments
POWERED BY PANDAWA 5 AKSARA (Duta Leonardo Dudikoff, Pidri Esha, Maduretna Menali, Embu Tarra Ratulolly, Alex Beyour Self)

Antologi Puisi CARTA FARFALLA "Jejak Pelangi Aksara", Juni 2012

Penerbit  Tuas Media Banjarmasin
Tebal  155 halaman
Cetakan I
ISBN  976-602-7514-12-6
Editor  : Pidri Esha
Cover Design : Maduretna Menali
Tata Letak : Pandawa Lima Aksara & Tuas Media
 
Penulis : Duta-D, Pidri Esha, Embu Tara Ratulloly, Maduretna Menali, Alex Beyour Self, Refdinal Muzan, Aby Santika, Jo Prasetyo, Asral Sahara, Muchlis Darma Putra, Endik Koeswoyo, Ririen Wahyu Setiarini, Ninkz Saje Laa, Sugiyatno DM, Syamsul Noor Al-Sajidi, Astry Anjani, Ari Ryan Pasalimapuluh, Erik Nusantara, Yuyun Ika Wardani, Rakai Pamenahan, Aan Berdarah, Buana Kembara Senja, Larung Biru dan Elang Senja.

Apa kata mereka tentang Carta Farfalla?
"Dua puluh empat Penyair yang menghimpun puisi mereka dalam antologi ini telah menganyam kata-kata bertuah menjadi mosaik cinta dan kasih sayang yang agung dan suci untuk tanah air, bangsa, negara dan Tuhan. Dalam kemudaan, mereka tertawa kepada bumi dan alam raya."
(Korrie Layun Rampan, Sastrawan Indonesia, pendiri dan pengelola Rumah sastra K.L.R dan PDS Korrie Layun Rampan)

"Dan Puisi adalah cahaya yang membangun energi, semoga bangsa ini kembali berbudaya."
(Acil "Bimbo", Musisi dan Seniman)

Salam Kebaruan ^^ 





"JEJAK SAJAK" SEHIMPUN PUISI GENERASI KINI

By Pidri Esha | At 08.15 | Label : | 0 Comments

"JEJAK SAJAK" SEHIMPUN PUISI GENERASI KINI
Oleh Dimas Arika Mihardja di BENGKEL PUISI SWADAYA MANDIRI

JEJAK SAJAK (Sehimpun Puisi Generasi Terkini)
Memuat 58 penyair terpilih
Tebal: 300 hal + viii
Penerbit: Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 2012

Luar biasa! Inilah yang patut dikemukakan sebagai sebentuk apresiasi atas inisiatif menerbitkan buku JEJAK SAJAK, Sehimpun Puisi Generasi Kini. Buku kedua setelah SENJA DI BATAS KATA, Antologi Puisi Karya Penyair Nusantara Raya, untuk milad DAM, kini telah terbit buku kedua. Jika buku perdana dikuratori sendiri oleh DAM (sebagai sebentuk rasa syukur milad ke-52, yang dihadiahi banyak puisi dari sahabat di seluruh penjuru nusantara raya), buku JEJAK SAJAK dikuratori oleh tim yang terdiri dari Arsyad Indradi (Banjarbaru, Kalimanatan Selatan), D Kemalawati (Banda Aceh), dan Dimas Arika Mihardja (Jambi).

Arsyad Indradi, Penyair Gila, Blogger, dan dedengkot berkesenian di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, penyair Gaek ini telah berkarya sejak tahun 1970-an hingga saat ini. Satu kegilaannya yang terkenal senusantara ialah menerbitkan buku super tebal berjudul 142 Penyair Menuju Bulan, yang diterbitkan sendiri mulai dari pengumpulan naskah, pengetikan, layout, desain cover, mencetak, menjilid hingga pendanaannya dan distribusinya ke seluruh kawasan nusantara. Reputasi dan dedikasi lelaki Banjar ini tak diragukan lagi. Matanya selalu melototi puisi hingga larut malam. Terus bergumul dengan puisi hingga usia 60-an tahun, ngluyur dari kota ke kota hanya ngurusi puisi dan blog dan berkesian.

D Kemalawati, wanita ini kusebut sebagai Cut Nyak Dhien di jalur perjuangan melalui sastra, teater, dan berbasis budaya. Melalui LaPena, sebuah organisasi sosial-budaya yang memberikan kontribusi nyata bagi tumbuh dan berkembangkan riak-riak dan gerakan berkesenian sastra, teater, penerbitan, dan kegiatan sosial lainnya. Banyak penyair “besar” negeri ini telah dan betah dilayani di rumahnya di Banda Aceh seperti Rendra, Putu Wijaya, Tardji, Zawawi Imron, Ahmadun Y Herfanda, dan tamu-tamu dari manca negara selalu diajak singgah di rumahnya (Tahun lalu kami berdua bersama budayawan Malaysia dijamunya dan bulan ini ia menjamu sastrawan Australia ). Wanita tanpa pamrih ini bersedia menjadi kurator di tengah kesibukannya yang luar biasa. Kesuksesan Temu Sastrawan Indonesia V di Ternate, tak luput dari kesertaannya sebagai kurator bidang puisi. Aktivitas dan produktivitasnya seabreg banyaknya. Guru matematika di SMK Banda Aceh ini, tersesat ke jalan yang benar saat memilik sastra—puisi sebagai pengucapan perjuangannya memanusiakan manausia. Tak salah lagi jika dedikasi wanita ini sungguh luar biasa, apalagi bersedia memeriksa ribuan puisi yang harus diseleksi untuk buku JEJAK SAJAK.

Dimas Arika Mihardja, (hehehehe apakah yang dapat kutulis untuk diriku sendiri selain sebagai pencinta puisi saja?) atau cukuplah disebut sebagai Direktur Eksekutif Bengkel Puisi Swadaya Mandiri yang kini kita huni bersama sebagai wadah yang memiliki kepedulian untuk kemajuan dunia perpuisian lewat visi saling asaah-asih-asuh. Buku ini, hanyalah sebentuk nyata kecintaan saya di dunia perpuisian.

Terkait dengan kuratorial perlu disampaikan di sini, seleksi puisi atas dasar kriteria (1) kebaruan ungkapan, (2) orisinalitas, (3) kepaduan, (4) intensifikasi, dan (5) musikalitas. Dari masa ke masa, kebaruan ungkapan (ekspresi) senantiasaa menjadi tumpuan dalam menyeleksi puisi, sebab dengan kebaruan ungkapan akan dibuahkan estetika puisi. Selanjutnya, orisinaalitas penting dijadikan acuan dalam seleksi, mengingat kasus plagiasi juga tumbuh dari masa ke masa—meski tak gampang mengurusi soal plagiasi ini. Aspek lain yang tak bisa ditawar-tawar dalam seleksi puisi ialah kepaduan, intensifikasi, dan musikalitas. Tiga aspek yang disebut belakang itu menjadi ciri penanda kuat-lemahnya puisi.

Mungkin saja dengan penerapan kelima kriteria itu lalu ada beberapa nama penyair yang puisinya belum terseleksi alias lolos untuk dibukukan. Hal ini tentulah merupakan kewajaran dalam konteks proses pembelajaraan. Namun harus pula dikemukakan di sini, bahwa program penerbitan buku puisi (dan esai) di masa datang akan retap menjadi prioritas. Bagi mereka yang berlum punya kesempatan bergabung dalam buku ini, harapan kami bisa berbesar hati dan bersabar menanti edisi penerbitan berikutnya.

Inilah nama penyair dan kota domisilinya.
1. Agus Harpe (Tangerang),
2. Enrique Ayyas Camarena (Andri Purwoko) (Solo)
3. Asmara Edo Kusuma (Kairo),
4. Astry Anjani (Hongkong),
5. Belia Sby (Wonosobo),
6. Buana Kembara Senja (Bungo),
7. Deddy Firtana Iman (Banda Aceh),
8. Deri Hudaya (Bandung),
9. Dian Hartati (Bandung),
10. Dicky Usman (Bogor),
11. Dien Makmur (Sukabumi),
12. Endang Supriyadi (Depok),
13. Frid Dacosta (NTT),
14. Gendi Ratna (Jambi),
15. Gita Romadona (Depok),
16. Gustav Triono (Purwokerto),
17. Hasan Bisri Bfc (Bogor),
18. Husni Hamisi (Makassar),
19. Ibeth Beth-i (Subang),
20. Ibnu Din Assingkiri (Malaysia),
21. Jhon F.S. Pane (Kotabaru, Kalsel):
22. Ken Fitria (Purwodadi):
23. Laila Fajriyanti (Jambi),
24. LK Ara (Banda Aceh),
25. Larasati Sahara (Lhokseumawe),
26. Lutfi Mardiansyah (Sukabumi),
27. Mahbub Junaedi (Brebes),
28. Maidatul Latifah (Jambi),
29. Malam Gerimis (Bungo),
30. Mawaidi D. Mas (Jogya),
31. Moh. Ghufron Choilid (Madura),
32. Mohammad Rois Rinaldi (Banten),
33. Nabila Dewi Gayatri (Surabaya),
34. Nani Mustikasari (Bogor),
35. Nita Pramuasih (Jambi),
36. Novita Sari (Jambi),
37. Pidri Esha (Ambarawa),
38. Puja Sutrisna (Boyolali),
39. Rahayu Wiluijeng (Semarang),
40. Ratna Dewi Barrie (Bandarlampung),
41. Ria Saktriyana (Jambi),
42. Rika Masrikawati (Jambi),
43. Rizki Salamah (Jambi),
44. Romyan Fauzan (Bandung),
45. S. Iqram (Malaysia),
46. Srikandi Darma Aloena (Surabaya),
47. Sri Wintala Achmad (Cilacap),
48. Tuti Nurhidayati (Jambi),
49. Udin Sape Bima (Mataram),
50. Wahyu Elli Rahmawati (Jambi),
51. Wahyu Wibowo (Indralaya)
52. Wild Dove (Hongkong),
53. Windu Mandela (Sumedang),
54. Wiwiq Siswarahardja (Jakarta),
55. Yupnical Saketi (Jambi),
56. Zidni Arfia Rahman (Bandung), dan
57. Zup Dompas (Pekanbaru)

----Salam Puisi----

Tim Kurator
Arsyad Indradi
D Kemalawati
Dimas Arika Mihardja
 
 
 


Sabtu, 12 Mei 2012

Gerbang Pagi

By Pidri Esha | At 09.22 | Label : | 0 Comments
kulukis lentik bulu matamu 
di helai malam dengan tinta embun 
yang malu-malu bergulir di gerbang pagi.

Ambarawa, 12 Mei 2012

Aku Adalah

By Pidri Esha | At 09.16 | Label : | 0 Comments
aku adalah angin 
yang kau jaring dengan anyaman rambutmu 
aku adalah hujan 
yang kau tadah di tanah basahmu
aku adalah hening 
yang kau sesap di pualam resahmu

Ambarawa, 12 Mei 2012

Perempuan Yang Menenun Diam

By Pidri Esha | At 09.05 | Label : | 0 Comments
kesepuluh jemari lentik itu
menciptakan nada dari pucuk cemara,
dari pekat malam, dari kuncup kenanga,
dari segala resah bahkan air mata.

kau perempuan yang menenun diam,
kelopak sunyi di dentang waktu.
 
Ambarawa, 10 Mei 2012
 

Daun Tak Bertangkai

By Pidri Esha | At 08.59 | Label : | 0 Comments
mengerjap kelopak mata
memandang segala bentuk rupa
tubuh-tubuh fana

di samudera luas, setitik rinai hujan tampak

serupa gelontoran air terjun membahana
menderas, memecah gendang telinga
 

di padang tandus, sebutir debu serupa
gunung menjulang berselimut kabut tebal
hitam, melukis topeng wajah tanpa rupa

bila kesempurnaan yang selalu kita agungkan

mampukah kita melihat daun tak bertangkai di wajah sendiri?

Ambarawa, 08 Mei 2012


Senin, 30 April 2012

Tanpa Rekayasa

By Pidri Esha | At 09.51 | Label : | 2 Comments

larut malam
ya, larut malam
tanpa rekayasa
detak jam yang gagu

dinihari, 29 April 2012

Pesan Senja Kepada Malam

By Pidri Esha | At 09.50 | Label : | 0 Comments
tirai pagi...!!

Sumowono, 20 April 2012

Luruh Penanggalan di Ujung Kata

By Pidri Esha | At 09.48 | Label : | 0 Comments

Hujan berbisik lirih,
"Sebentar lagi bulan Mei"

Senja pias, degup meronta
luruh penanggalan di ujung kata
; kelu

Semarang, 25 April 2012

Minggu, 26 Februari 2012

Antologi Puisi "Senyawa Kata Kita"

By Pidri Esha | At 00.14 | Label : | 0 Comments
Salam Bahasa, Sastra dan Budaya!

Buku Antologi Puisi "SENYAWA KATA KITA"
Komunitas Cybersastra Titah Pena Hamba – Diskusi Sastra Online
-----------------------------------------------------------------------------
ISBN: 987-602-97240-8-0
Penerbit: Wahana Jaya Abadi, Bandung
Spesifikasi Isi: 64 Penyair – 126 Puisi (xvi+166 halaman)
Cetakan I: 2012
-----------------------------------------------------------------------------
Pengantar 1:
Salam Pencandu Sastra (Ersis Warmansyah Abbas, Banjarbaru)

Pengantar 2:
Cybersastra, Pentingkah? (Hadi Napster, Yogyakarta)

Prolog:
Surat Sastra “Kepada Kembara” Tentang “Kontradiksi Era” (Dimas Arika Mihardja, Jambi)

Endorsement:
Senyawa Kata Kita dan Kesenyawaan Kita (Ersis Warmansyah Abbas, Banjarbaru)

Epilog:
Bayi Sastra Titah Pena Hamba (Puja Sutrisna, Boyolali)
-----------------------------------------------------------------------------

DAFTAR PUISI DAN PENYAIR :

- Rindu Takbir (Abdul Malik)
- Saat Terindah (Abdul Malik)
- Bungkam (Ade Afiat)
- Untuk Esok Pagi (Ade Afiat)
- Onak (Ade Batari)
- Tembok (Ade Batari)
- Keluh? Huh! (Ahmad Filosofia)
- Setiap Hari Adalah (Ahmad Filosofia)
- Pada Tanah Kelahiran (Alfikry Ilmi)
- Delusi (Ali Mukhsin)
- Kabut Hati (Ali Mukhsin)
- Repihan Hati (Ali Mukhsin)
- Ciuman Pertama (Amin Nuansa Reftil)
- Dua Garis Nasib (Amin Nuansa Reftil)
- Entah (Amin Nuansa Reftil)
- Imperium Cinta (Amin Nuansa Reftil)
- Pada Lilin Pertama Kita (Amin Nuansa Reftil)
- Pada Rahim Ibumu (Andi Tendriola)
- Tentang Jarak dan Waktu (Andi Tendriola)
- Ciuman Terakhir (Anwari WMK)
- Tawa dan Candamu (Anwari WMK)
- Misteri Yang Bersahaja (Asral Sahara)
- Sajak Melankolik (Asral Sahara)
- Elegi Cinta Semusim (Astry Anjani)
- Lelaki Belati (Astry Anjani)
- Wajahku di Kolong Langit (Asyari Muhammad)
- Koi (Boedi Ismanto)
- Kepada Kembara (Dalasari Pera)
- Surat Kabar (Dalasari Pera)
- Usai Percintaanku (Deri Hudaya)
- Yang Bernama Sepuluh Bunga (Deri Hudaya)
- Lukai Tubuhku, Jangan Hatiku (Dewi Restunawati)
- Titian Kalbu (Dewi Restunawati)
- Jasadku dan Kaki Langit (Didi PS.)
- Derap Rindu (Dien Makmur)
- Kursi Pengadilan (Dien Makmur)
- Hutan Jati (Dissa Thami Putri)
- Kemarin (Dissa Thami Putri)
- Cinta 69 (Dwee WieLee)
- MerinduMu (Dwee WieLee)
- Prasasti Rindu (Dwi Ayu Prahandini)
- Bingkisan di Ujung Senja (Eka Watiningsih)
- Kelam Tak Segaris Bulan (Eni Meiniar Gito)
- Akasara Mati (Ezzyla Fi)
- Dendam Terindah (Ezzyla Fi)
- Amuk (Fauzi Nurbain)
- Syukur (Fauzi Nurbain)
- Ta’ziah (Firman Hidayat)
- Ratapan Dini Hari (Firman Maulana)
- Syair Bintang Untuk Rembulan (Firman Maulana)
- Pijak Resah (Galih)
- Entah (Gito Tias)
- Epigram Dalam Renungan (Hadi Napster)
- Gatra Murakab (Hadi Napster)
- Hikayat Kita dan Cinta (Hadi Napster)
- Kontradiksi Era (Hadi Napster)
- Paradoks Sastra (Hadi Napster)
- Nyanyian Lilin (Hanna Yohana)
- Bila Patah Tak Tumbuh, Hilang Bukan Ganti (Hj. S. Bariah)
- Suluhan Jiwa (Hj. S. Bariah)
- Aku Ingin (Ibnu Din Assingkiri)
- Stasiun Sepi (Ibnu Din Assingkiri)
- Walau Tuan Berlaku Curang (Ibnu Din Assingkiri)
- Aroma Tanah Basah dan Saat Jiwa Mulai Menembang (Imron Tohari)
- Ohai! (Imron Tohari)
- Pernikahan di Bingkai Sajak (Imron Tohari)
- Cerita Anak Kampung (Irwanto HPD)
- Rerumput Kata (Irwanto HPD)
- Kita (Lingsir Wengi Guntono)
- Migren (Lingsir Wengi Guntono)
- Sesal (M. Nur Chamim)
- Tanpa Makna (M. Nur Chamim)
- Andai (Mahendra PW)
- Ini Bukan Rindu (Meli Imel)
- Saja Kau Saja (Meli Imel)
- Sebelum Ajal Mengetuk Manja (Moh. Ghufron Cholid)
- Yang Tersisa Hanya Pencipta (Moh. Ghufron Cholid)
- Hakikat Kelahiran (Muhammad Maulana Rumi)
- Sujud (Nadzme Bali)
- Sajak Malam (Neogi Arur)
- Teori (Neogi Arur)
- Rinduku (Nikky Mas Yadi)
- Pentas Masa (Noer Komari)
- Kenangan Bulan Ketiga (Nur Ridwan Shidiq)
- Ridict I (Nurani Soyomukti)
- TitahMu (Pepen Dianto)
- Di Rimba Penantian (Pidri Esha/Pidri Syaikhal)
- Jejak Pagi (Pidri Esha/Pidri Syaikhal)
- Elegi (Prasetyo Gunawan)
- Hening (Prasetyo Gunawan)
- Kepadamu (Prasetyo Gunawan)
- Mari Mencumbu Rindu (Prasetyo Gunawan)
- Puisi Perlu Kesederhanaan (Prasetyo Gunawan)
- Buat Apa (Puja Sutrisna)
- Menggenggam Matahari (Puja Sutrisna)
- Surga Itu Mudah? (Puja Sutrisna)
- Dunia (R. Hadi Isdi Hartana)
- Penjagal Malam (R. Hadi Isdi Hartana)
- Ada Hujan Lebat di Matamu (Renny Sendra Wahyuni)
- Catatan Malam (Renny Sendra Wahyuni)
- Harapan di Hatiku (Renny Sendra Wahyuni)
- Rakyat Istimewa (Renny Sendra Wahyuni)
- Tidur di Basah Aspal (Renny Sendra Wahyuni)
- Aku Titipkan Kekasihku (Restu Putri Astuti)
- Cermin Retak (Restu Putri Astuti)
- Audrey (Romyan Fauzan)
- Danau Itu Muram (Romyan Fauzan)
- Ronta Petani (Romyan Fauzan)
- Gerimis Pagi (Saidati Najia)
- Tragedi Subuh (Saidati Najia)
- Azure (Soei Rusli)
- Malam Ini (Soei Rusli)
- Pengelana (Supartini Apriawati)
- Aku Adalah Malam (Syahrial Mandeliang)
- Nanti (Tuditea Masditok)
- Terasing (Ungke)
- Wassalam (Ungke)
- Janji Adalah Keramat (Yandri Yadi Yansah)
- Kau (Yandri Yadi Yansah)
- Nilam (Yandri Yadi Yansah)
- Rusak (Yandri Yadi Yansah)
- Tergugah (Yandri Yadi Yansah)
- Aroma Dusta (Zuhrotul Makrifah)
- Dentang Jam Kedua (Zuhrotul Makrifah)
- Hujan Tengah Malam (Zup Dompas)
- Tanda Manusia (Zup Dompas)


Sabtu, 25 Februari 2012

Sajak Do'a Daun

By Pidri Esha | At 10.53 | Label : | 0 Comments

tajam mata angin mencabik
kulit yang menguning
berderak rapuh tulang
diayun sumbu waktu
gigil kabut tebal, mendekap erat
luruh tubuh, lirih berucap,
"aku kembali padaMU"

Bukit Ungaran, 24 Januari 2012
by Pidri Esha 

Cinta, Aku Tanpa Ada

By Pidri Esha | At 10.45 | Label : | 0 Comments
telah tergoreskan
segala pinta di lembar waktu
aku, kau, mereka merenda harap
di kain nafas selaksa dunia

adakah kita berhenti sejenak
saat benang itu kusut atau terputus?
urailah lalu rajut kembali
hingga menjadi jalinan yang utuh

hitam putih hanyalah jelmaan
yang menyelimuti biduk kehidupan
tak usah kau risau
karena cinta, aku tanpa ada


Ambarawa, 7 Desember 2011
by Pidri Esha

Di Cawan Tasbih KalamMU

By Pidri Esha | At 10.42 | Label : | 0 Comments
Meniti pematang malam
dalam kesederhanaan sikap
menatap lazuardi membentang
saat ayat-ayat semesta menggeliat

Beribu harap mengeja kata surga
tertatih menggapai secercah cahaya
menebar segala pinta


Tuhan, aku ingin bersulang
di cawan tasbih kalamMU


heningmalam, 30 November 2011
by Pidri Esha

Kenangan

By Pidri Esha | At 10.39 | Label : | 0 Comments
Dedicated to : Alm. KH. M. Soleh Syafiudin

kenangan bersamamu terpatri di jantung kami
alunan zikir sampan berdengung
serupa pusaran air yang menjejak terumbu karang
jaring-jaring do'amu menggetarkan dinding hati kami
yang berselimut kabut akal duniawi

lalu, burung murai berkicau lirih
kabar duka membuat hati pedih
kelopak kamboja berguguran
saat derit pintu surga terbuka
'tuk menyambut lambaian sorban yang selalu setia
menebar harum ayat-ayat semesta.

suatu masa, 2009
by Pidri Esha

Jumat, 24 Februari 2012

Do'a Ibu

By Pidri Esha | At 07.25 | Label : | 2 Comments
debur do'a maghfur
dari bibir yang tak pernah letih bertasbih
Ibuu...

dinihari, Januari 2012
by Pidri Esha

Nyanyian di Pucuk Cemara

By Pidri Esha | At 07.19 | Label : | 0 Comments
tak ada angin,
tak ada derik binatang malam
hanya rincik hujan,
berlagu di pucuk cemara

Bukit Ungaran, 31 Januari 2012
by Pidri Esha

Jejak Rindu

By Pidri Esha | At 07.17 | Label : | 0 Comments
Bila rindumu adalah sebuah jejak,
pada rute mana ia akan kau goreskan
saat rapuh tubuh kota,
lelah menyangga jutaan harap
dari bibir para pendo'a.

Semarang, 2 Februari 2012
by Pidri Esha

Malioboro

By Pidri Esha | At 07.12 | Label : | 0 Comments

Malioboro,
tak lelah kaki melangkah
di antara riap lamunan para seniman jalanan

Malioboro,
ada kenang yang tertinggal,
tak lapuk walau wisatawan terus berdatangan

Malioboro,
kukibarkan bendera kemenangan
saat peluru tajam memangkas daun salam

Malioboro,
kutabur bunga abadi
tuk mengenang runtuhnya tirani

Yogyakarta, suatu waktu
by Pidri Esha

Jejak Kenang

By Pidri Esha | At 07.09 | Label : | 0 Comments


Malam mendengkur lirih
di ayunan waktu
binal embun dinihari
mulai luruh di tepi dedaunan
satu per satu catatan hidup
menggenang di lembaran hati
menjejak -
menjadi rimbunan bintang
saat kilauan perak menghiasi kepala

bila ada setitik kenang
terjuntai indah di lentik bulu matamu,
itu -
; aku

dinihari, 18 Februari 2012
by Pidri Esha

Jumat, 20 Januari 2012

Sajak Kopi dan Ikat Rambut

By Pidri Esha | At 08.53 | Label : | 2 Comments
semerbak harum kembang kopi
membuka kabut pagi
yang menyelimuti pelataran bukit
serupa ikal mayang rambut semesta
menyentuh tepian pipi anak dara

lalu, sekejap mata kau urai
hingga nampak pesona jenjang pualam
saat mentari membuka kelopaknya
tanpa jeda lentik jemaripun perlahan
mengaduk patahan ranting di cangkir hari
hitam pekat manis terkecap
mutualisme gerak bibir dan kristalisasi rasa

geletar halus daun waru
dipelukan kopi dan ikat rambutmu
; aku


Ambarawa, 20 Januari 2012
◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Ad

business

technology

Copyright © 2012. Celoteh Kopi - All Rights Reserved B-Seo Versi 4 by Blog Bamz